Cerita Dua Tentang Penulisan Buku Digital Public Relations
[https://digisense.id] – Pada Cerita Satu, sudah saya tulis bahwa menulis Buku Digital Public Relations berawal dari mata kuliah baru yang saya kembangkan dari nol. Pada Cerita Dua: Menulis Buku Digital Public Relations, saya akan bercerita bagaimana proses kedua sebelum akhirnya menjadi karya buku yang dapat membantu membuka paradigma baru akan konsep-konsep Digital Public Relations.
Cukup Sulit mencari buku-buku berbahasa Indonesia pada awal tahun 2013, baru pada tahun 2016-an mulai muncul beberapa buku yang edisi Indonesia, salah satunya ditulis oleh Kang Arul, sapaan akrab Dr. Rulli Nasrullah, M.Si., seorang penulis produktif isu, konse, dan teori komunikasi digital.
Bertahun-tahun mengumpulkan artikel Konsep Digital Public Relations
Setelah bertahan dengan modul yang banyak merujuk pada referensi berbasis daring, tanpa mempertimbangkan kesahihannya, termasuk juga blog-blog yang kurang jelas kepakarannya. Akhirnya sejak 2016 mulai mempraktikkan beberapa konsep dari salah satu materi digital Public Relations yang sekrang sudah ada di tangan pembaca.
Materi-materi tersebut seperti media sosia, buzzing, dan branding. Konsep tersebut tidak hanya berkembang mejadi tulisan baru namun juga menjadi basis riset penulis. Karena merasa modulnya sangat banyak kekurangan. Bab per bab pun mendapatkan pembaharuan khususnya pengayaan melalui riset yang langsung berkaitan dengan beberapa materi yang ada dalam modul.
Menulis Artikel Jurnal yang Sesuai Konsep Digital Public Relations
Artikel yang dimuat dalam beberapa jurnal tersebut tentu saja menjadi lebih berbobot isinya karena melalui proses kurasi rujukan dan literasi baru terhadap konsep yang ditulis. Tahun 2016 juga sudah mulai bermunculan buku rujukan baik versi English ataupun versi Indonesia. Hal ini menambah pengayaan baru dalam konsep komunikasi digital khususnya Digital Public Relations.
Setelah beberapa materi mendapatkan pembaharuan, pada tahun tersebut sudah mulai berpikir jika modul dan beberapa materi tersebut cukup layak untuk menjadi bagian dari buku. Sayang, masih terlalu jauh, karena beberapa materi modul masih banyak sekali materi-materi yang asal kopi paste (tetap mencantumkan referensinya) hanya saja bersumber dari blog atau website yang masih belum jelas kepakaran penulisnya.
Oleh karena itu, baiknya memang buku Digital Public Relations, harus mendapatkan sentuhan yang serius pada setiap babnya. Setiap, semesterpun akhirnya bertambah lagi-bertambah lagi. Khususnya pada periode 2012-2017.
Mulai Serius Menggarap Tiap Bab Buku Digital Public Relations
Memasuki tahun 2018, penulis mulai serius membuat outline baru, agar layak menjadi buku. Eksplorasi ide pun penulis lakukan, agar benar-benar outline tersebut menunjukkan sisi layak. Takdir tidak bisa diingkari, tahun tersebut penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi. Selam studi, penulis mendapatkan kesempatan untuk tidak ngampus selama dua hari. Itu sebagai konsekuensi karena izin melanjutkan studi.
Selama dua hari tersebut, jika tidak ada perkuliahan, penulis mulai mengembangkan outline menjadi judul artikel baru yang merujuk pada outline buku. Senang rasanya, calon buku bertambah satu lagi bab. Dan bab tersebut, adalah bab 1 pendahuluan yang membuka wacanta tentang eksploitasi teknologi akan penggunanya. Bagaimana posisi Digital Public Relations yang harus mampu memanfaatkannya dan terhindar dari sifat eksploitasi teknologi tersebut.
Sempat Terhenti Menulis Buku Digital Public Relations
Selama 2018 tersebut lahirnya, jika tidak salah tiga bab. Tiga bab ditambah dengan beberapa artikel riset yang punya relevansi sehingga menjadi artikel baru yang dapat melengkapi outline buku.
Memasuki tahun 2019, saat penulis resign dari kampus tempat mengajar, penulisan pun otomatis bekerja, karena konsentrasi terganggu dengan ekonomi. Begitu juga pada saat pandemi. Hilangnya aktivitas bukannya bertambah produktif yang pengarah pada penulisan bab perbab, juga juga terganggu. Alhasil hampir selama pandemic hampir tidak ada karya, kecuali beberapa artikel korang dan jurnal.
Menulis Buku Digital Public Relations hanya Sekadar Mimpi!
Penulisan buku pun seolah hanya menjadi Impian yang tidak pernah terwujud. Berhenti. Padahal jika dikumpulkan sudah ada 7 bab yang bisa melengkapi bakal calon buku Digital Public Relations. Penulis pun hanya menyimpan ketujuh bab 1-7 draft buku Digital Public Relations pada folder laptop. Sampai akhirnya ketemu tahun 2022. ***[]