Digital Public Relations sebagai Ilmu Terapan
[https://digisense.id] – Ilmu Komunikasi secara nomenklatur termasuk ke dalam Ilmu Terapan. Walaupun secara filosofis, Ilmu Komunikasi merupakan ilmu multidisiplin yang berakar pada ilmu sosial dan filsafat sebagai akar paling dalamnya. Namun, nomenklatur ilmu terapan tersebut menjadi semacam penegasan bahwa sifat terapan tersebut salah satunya bersifat praktis.
Begitu juga ketika ilmu komunikasi bercabang menjadi ilmu public relations, jurnalistik, komunikasi pemasaran, komunikasi politik, digital media, broadcasting, dan lainnya, maka ilmu komunikasi menjadi sangat praktis. Dalam bahasa Ilmu Komunikasi, disebut sebagai instrumental. Ya, cabang-cabang ilmu komunikasi tersebut berfungsi sangat instrumental. Sesuai dengan salah satu fungsi dari komunikasi, fungsi instrumental.
Begitu juga dengan Digital Public Relations, sebagai perkembangan dari PR. Sebagai ilmu terapan, tentu memiliki nilai praktis untuk diimplementasikan dalam ruang komunikasi digital.
Meningkatkan Kecakapan Teknis dalam Bidang Digital Public Relations
Oleh karena itu, saat saya mendapatkan tugas pengembangan mata kuliah digital public relations, maka saya berpikir, saya tidak hanya harus menguasai teori dan konsep tentang mata kuliah ini, saya juga harus mampu dan menguasai secara praktis ilmu ini. Walhasil, akhirnya saya ikut kursus dunia blogging, yang menjadi salah satu materi dalam buku ini. Walaupun secara teknis, saya sudah memiliki blog, namun dunia blogging sendiri tidak hanya menulis blog. Sangat luas. Berjejaring dan lain sebagainya.
Maka tahun 2015 mulai berjejaring masuk ke dalam event-vent blogging. Sebenarnya tahun 2009 sudah mulai blogging di salah satu platform user generated content blog. Hanya saja, jarang sekali melibatkan diri pada event yang diselenggarakan karena lokasinya cukup jauh, berbeda provinsi. Baru saat di kota tinggal mulai bermunculan event korporat, penulis mulai terlibat.
Berpartisipasi Langsung dalam Aktivitas Digital Public Relations
Event yang diselenggarakan oleh korporat tersebut, menjadi salah satu input untuk bahan studi kasus pada buku Digital Public Relations. Bahkan menjadi bab bab tersendiri. Selain sub bab tentang Corporate Blogging, Juga Stretegi Buzzing dalam Digital Public Relations. Hingga akhirnya melangkapi 13 bab buku Digital Public Relations.
Pada sisi lain, selain terlibat dalam komunitas blogging, penulis juga ikut-ikut kursus seperti kursus Search Engine Optimization (SEO). Hal ini penting karena secara konsep, SEO merupakan strategi dari konsep traffic dan reach. Bagaimana menjangkau public secara organik. Ini juga yang sedang dan akan diterapkan dalam situs ini. Penulis ingin membuktikan bahwa SEO betul-betul berdampak terhadap jangkauan publik.
Hal ini terbukti, walaupun tulisan-tilisan dalam kanal blog ini tidak dibagikan, ternyata sudah mulai ada pembaca unik dalam tulisan yang baru beberapa biji ini.
Berangkat dari Nol, meninggalkan jejak Sejarah dalam Mempraktikkan Digital Public Relations
Sebagai catatan, pada bulan kedua setelah web ini publis, web ini belum muncul pada laman google. Penulis ingin melihat setelah beberapa tulisan muncul atau setidaknya setelah tiga bulan website ini aktif. Ini menjadi semacam taruhan, menulis buku Digital Public Relations, bukan sekadar menyatukan konsep-konsep lain menjadi konsep baru, namun juga secara praktis harus mampu dibuktikan bahwa Digital Public Relations benar-benar berdampak dan terbukti hasilnya.***[digisense.id]